Saat istriku ajak anak memandikan ayah yang terkena stroke
Tiga tahun itu terasa begitu cepat karena kita benar benar menikmati perjalanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Namun, ombak besar datang lebih cepat tanpa ada prediksi sebelumnya. bagaimana tidak, melalui telepon saya dikabari oleh ibu mertua bahwa ayah terkena serangan stroke saat menjalani rutinitasnya sebagai pedagang kerupuk.
Sebagai anak laki laki satu-satunya mau tidak mau saya harus ambil alih semua kendali demi keselamatan mertua saya karena adik adik dari istriku yang semuanya perempuan itu masih menuntut ilmu di pondok pesantren.
Empat rumah sakit kita datangi, mulai dari HVA pare, RSNU jombang, RSUD jombang, ketiganya tidak menerima dikarenakan kamar penuh dan baru mendapatkan tempat di RS pelengkap jombang.
Saya menyadari bahwa penyakit stroke tidak akan sembuh dalam satu atau dua hari kedepan. Butuh berbulan bulan dalam proses penyembuhannya, itupun harus didorong keinginan yang kuat dari penderitanya.
Ya.. Anaku masih umur 2 tahunan kala itu, mau tidak mau saya dan istri harus pulang pergi untuk merawat ayah karena tempat tinggal kita berjauhan, ditambah lagi ibu mertua yang kondisinya tidak memungkinkan dikarenakan penyakit diabetes yang dideritanya.
Ada satu hal menarik yang membuat saya harus banyak belajar dengan istri terkait kedewasaan berfikir, tak hanya satu dua kali, berkali kali anaku yang masih usia 2 tahunan itu dibopong oleh istri dan diletakkan tepat disamping ayah saat kita memandikannya, saya kira dari sudut pandang tempat duduk anakku begitu jelas jika menyaksikan saya dan istri memandikan ayah.
Takut anakku terciprat air, akupun berucap pada istri "Bu.. Hanifah salap mriko lak nggeh pun (tempat yang jauh) ben mboten kecipratan"
Istriku menyauti dengan halus "Yah.. Besok kulo njenengan nggeh bakal tuwek". Akupun terdiam memahaminya.
Komentar
Posting Komentar