Ketika orang tua tidak harmonis, anak akan mencari tempat nyaman versinya

 Menghadap kaca dan bergumam pada diri sendiri

 "aku ini siapa?"

"Apakah orang-orang disekitar hanya pelengkap untuk kehidupanku"

Saya kira itu yang dialami sebagian besar anak anak saat mulai menginjak remaja. Saya menyebutnya sebagai "pencarian jati diri". Pada titik ini anak akan mudah menerima informasi dari siapapun yang membuat dia nyaman. Baik teman, orang tua, guru, bahkan orang jahat sekalipun.

Pernah suatu ketika saat saya masih berstatus guru, melalui laporan dari warga yang mengetahui muda mudi sedang berduaan di tempat yang tak sewajarnya saya mengungkap betapa pentingnya peran orang tua dalam menciptakan kenyamanan anak dirumah. 

Bukan anak yang buruk, kedua anak yang berada ditempat yang tidak wajar itu malah anak yang berprestasi dikelasnya, sempat saya gali mengapa mereka berada ditempat  seperti itu berduaan. Dengan pendekatan yang baik, siswi itu mau menceritakan semua yang dialaminya.

Berawal dari ketidak harmonisan kedua orang tua, membuat anak tidak nyaman dan sering menyendiri didalam kamar, mereka melampiaskan melalui status di media sosial dan beberapa teman yang dekat dengannya. Ya, mungkin saat itu yang dekat  adalah kakak kelas disekolah, berawal dari sharing tentang keadaan keluarga di hp, komunikasi berlanjut pada pertemuan di tempat sepi, sambil menangis anak perempuan yang butuh tempat curhat itu  melampiaskan semua isi hatinya  kepada siswa yang berstatus kakak kelas. 

Tanpa disadari mereka terbawa suasana sehingga siswa itu memberikan pelukan kepada siswi yang baru menginjak remaja ini, untungnya sebelum lebih jauh, mereka dipergoki warga yang langsung melaporkan kejadian tersebut ke sekolah.

Mereka berdua anak baik, pertanyaannya dimana kesalahan mereka?

Saya kira perselisihan dalam rumah tangga itu hal yang wajar, namun sebagai orang tua kita harus melihat juga dari sudut pandang anak, mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang terdekat (orang tua) dalam pencarian jatidiri. irw